Rita Maya

Rita Maya

Rabu, 04 Januari 2012

Coretan 5 Januari 2012

MEMAHAMI SATUAN-SATUAN PIKIRAN DALAM MEMBACA KOMPREHENSIF


BAB I
PENDAHULUAN

            Kata mempunyai makna sebagai bagian suatu frase. Frase merupakan bagian dari klausa. Klausa merupakan bagian dari kalimat. Kalimat merupakan bagian dari paragraf. Sedangkan paragraf merupakan bagian suatu wacana. Keterampilan komprehensi yang spesifik tersebut dapat meningkatkan penampilan dalam keterampilan yang dilatih. Sebagai contoh, siswa yang diberi latihan secara sistematis dalam mengikuti petunjuk tertulis mengalami lebih banyak peningkatan dalam mengikuti petunjuk daripada kelompok kontrol yang diberi petunjuk membaca secara lisan. Namun demikian, latihan tersebut juga bisa tidak akan berhasil jika bahan bacaannya terlalu sulit sehingga siswa kesulitan membaca kata, frase, dan kalimat.
            Jika seorang pembaca kurang memiliki latar belakang informasi dan konsep-konsep dalam bidang tertentu, ia mungkin tidak dapat menerapkan keterampilan komprehensi paragraf yang dikuasainya bagi bahan bacaan yang memerlukan latar belakang pengetahuan tertentu (Levine via Zuchdi, 2008:62). Hal ini khususnya berlaku untuk bacaan yang isinya merupakan pengetahuan dalam bidang studi tertentu, sehingga untuk pengembangan keterampilan komprehensi harus memperhatikan penggunaan bahan bacaan yang tingkat kesulitannya sesuai dengan pembaca. Sebaliknya, pembaca harus meningkatkan pengetahuan tentang satuan-satuan pikiran agar lebih mudah memahami suatu bacaan tanpa mengalami kesulitan saat membacanya.







BAB II
PEMBAHASAN
           
            Dalam perkembangannya menjadi pembaca yang baik, pembaca mengorganisasi (menyusun) bahan bacaan menjadi satuan-satuan yang bermakna antara lain berupa frase dan kalimat. Beberapa pembaca yang tidak baik tidak dapat melakukan hal ini, dan akhirnya komprehensi mereka sangat kurang meskipun sudah dijelaskan arti setiap kata dalam bacaan tersebut (Oahan, Wiener, dan Cromer via Zuchdi, 2008: 63). Berikut ini akan dijelaskan pemahaman mengenai frase, kalimat, ide pokok, ide penjelas, jawaban pertanyaan khusus, urutan kejadian, petunjuk tertulis, susunan karangan, dan isi bacaan selanjutnya pembahasan mengenai pengembangan keterampilan belajar.
A.      Memahami Satuan-Satuan Pikiran
1.          Memahami Frase
Latihan membaca frase secara khusus mungkin tidak diperlukan oleh pembaca yang  baik, tetapi sangat membantu bagi mereka yang tidak dapat secara spontan membaca frase demi frase. Membaca nyaring (bersuara) merupakan setting yang alami untuk pengembangan kemampuan membaca frase sebagai satuan yang bermakna. Perlu dibedakan apakah keraguan-raguan dalam membaca disebabkan oleh kelambatan mengenal kata ataukah oleh kebiasaan memperhatikan kata per kata. Jika seseorang hanya memisahkan kelompok kata bermakna ketika menjumpai kata-kata tertentu yang dirasa sulit, masalah utamanya adalah kesulitan pengenalan kata bukan masalah membaca frase.
Sebagai praktik pengenalan kata, guru justru menggunakan kartu frase bukan kartu kata. Kartu frase itu digunakan sebagai flash card untuk pengenalan secara cepat dalam mengikuti petunjuk-petunjuk, dalam menyusun kalimat pada cerita, dalam menjawab pertanyaan dengan memilih kartu frase yang tepat, atau yang lainnya. Sedangkan untuk pengenalan frase atau mengarahkan perhatian pada frase-frase dapat digunakan pertanyaan komprehensi. Pertanyaan komprehensi dapat berupa pertanyaan lisan selama pelajaran membaca secara berkelompok untuk memberikan jawaban-jawaban berupa hasil komprehensi frase.
Anak yang mengalami kemajuan membaca secara normal tidak memerlukan latihan secara khusus dalam membaca frase. Membaca kata dalam kelompok-kelompok bermakna berkembang sebagai bagian keterampilan membaca secara menyeluruh, tanpa harus diperhatikan secara khusus.
Amble (1967) menemukan bahwa membaca frase dapat ditingkatkan bahwa membaca frase dapat ditingkatkan dengan latihan, hal ini tidak bergantung pada membaca kosakata, dan bahwa peningkatan membaca frase berlangsung terus menerus.
Tugas Remidial dalam Membaca Frase
Membaca kata demi kata cenderung mengalami kesulitan memperoleh makna satuan pikiran yang lebih luas seperti frase, klausa, kalimat, atau paragraf. Kebiasaan ini merupakan akibat dari kelambatan dan ketidaktepatan pengenalan kata dan banyaknya praktik membaca nyaring yang bersifat mekanis, jika hanya sedikit atau bahkan tidak ada pembicaraan tentang makna bacaan. Membaca secara mekanis tanpa komprehensi makna semacam ini disebut “memanggil kata”.
Cromer (1970) membedakan jenis kesulitan membaca meliputi kelemahan, yaitu baik kosakata maupun komprehensinya kurang, dan kekurangan, yaitu yang kosakatanya normal tetapi komprehensinya krang.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kebiasaan membaca kata demi kata dan mengelompokan frase secara salah adalah sebagai berikut:
              a.     Agar anak memusatkan perhatian pada membaca frase dan memahami maknannya, bacaan yang digunakan untuk latihan membaca frase hanya mengandung kesulitan dalam pengenalan kata dan makna kata (yang baru).
             b.     Membaca sejumlah kalimat secara bergantian antara guru dan murid-murid atau guru dapat membaca nyaring sebuah kalimat dengan penggalan frase secara jelas sekali, kemudian menyuruh anak menirukannya.
              c.     Memberikan bahan bacaan tercetak yang frase-frasenya sudah ditandai oleh guru.
             d.     Jika suatu bacaan diketik, distensil atau ditulis tangan, mungkin cara yang terbaik untuk menyusun frase adalah dengan memberikan jarak tambahan diantara frase-frase yang ada.
              e.     Jika keterampilan mambaca dengan bahan bacaan tersebut sudah berkembang dengan baik, maka sudah dapat diberi bacaan yang tidak bertanda frase-frasenya
              f.     Latihan dapat diberikan dalam bentuk pengenalan sebagai satuan-satuan dengan diperlihatkan dalam waktu singkat dengan cara:
1)        Frase dapat dicetak atau diketik pada kartu pengingat yakni kartu yang memperlihatkan sekilas guna pengenalan frase dengan cepat.
2)        Kartu frase dapat disiapkan dan disajikan dalam bentuk yang sederhana yang mudah pembuatannya.
3)        Di samping tachistascope sederhana, dapat pula dibuat tachistascope yang diproduksi untuk diperjualbelikan.
4)        Materi latihan dapat diketik satu frase per baris.

2.          Memahami Kalimat
Ahli bahasa modern menekankan gagasan bahwa setiap kalimat memiliki struktur luar dan struktur dalam (Jacobs dan Serbaun via Zuchdi, 2008: 72), kalimat tersebut dapat dipahami jika makna struktur dalam dapat ditangkap. Komprehensi kalimat dapat dicek dengan bermacam-macam cara, salah satunya melibatkan pemilihan dua kalimat yang memiliki makna sama (stuktur dalam yang sama). Struktur dalam dapat diungkapkan dalam suatu seri kalimat yang pendek dan sederhana yang masing-masing mengungkapkan satu gagasan atau suatu hubungan.
Apa yang Menyebabkan Kalimat Menjadi Sulit?
Adanya saling mempengaruhi antara pengenalan kata dan penafsiran; kata-kata pada awal satu kalimat menyusun antisipasi (sesuatu yang mendalam) yang memperngaruhi, baik pengenalan kata maupun komprehensi bagian akhir kalimat.
Penelitian bidang keterbacaan menunjukan dua macam alat pengukuran yang dikombinasikan dengan proporsi yang tepat, yaitu:
1)   Alat untuk mengetahui kesulitan kosakata, biasa diukur dengan menghitung persentase kata-kata yang tidak tercantum dalam suatu daftar kata-kata yang umum.
2)   Alat berupa rata-rata jumlah kata tiap kalimat, atau rata-rata panjang kalimat.
Kalimat panjang  tampak lebih sulit dipahami daripada kalimat pendek karena kalimat panjang berisi klausa terikat, frase dan klausa yang melekat, klausa-klausa yang ditunjukan dengan kata penghubung yang kurang umum, subyek atau predikat lebih dari satu, susunan kata tidak umum, dan susunan-susunan lain yang membuat rumit komprehensi. Fry mengusulkan penggunaan “jarak inti” sebagai pegukur kesulitan kalimat, yaitu subjek, kata kerja, dan objek. Jumlah kata-kata yang memisahkan subjek dengan kata kerja dan kata kerja dari objek pada dasarnya bergantung ada atau tidaknya frase atau klausa yang melekat. Oleh karena itu, tampak sebagai indikator yang masuk akal bagi kesulitan kalimat (Fry, Weber, dan De Pierro via Zuchdi, 2008: 75).
Salah satu sumber memahami kalimat adalah penggunaan kata ganti dan kata tugas, misalnya preposisi dan konjungsi. Sedangkan salah satu faktornya adalah bahwa bahasa tulis cenderung bahasa formal bukan bahasa percakapan.
Meningkatkan Kemampuan Membaca Kalimat
Upaya untuk mengurangi kesulitan dalam memahami kalimat dapat dilakukan dengan banyak hal. Latihan berbahasa lisan yang lenih banyak dan lebih kompleks merupakan latar belakang yang menguntungkan bagi komprehensi bacaan yang sama kompleksitasnya. Praktik pemahaman kalimat dengan menggunakan buku latihan komprehensi dapat membantu dalam menemukan kesalahan komprehensi. Pertanyaan khusus tentang setiap kalimat yang menimbulkan salah tafsir harus bervariasi menurut macam kalimatnya. Isi faktual yang penting dan hubungan sebab-akibat dari kebanyakan kalimat dapat diteskan dengan kalimat-kalimat tanya. Penggunaan istilah-istilah gramatikal resmi hendaknya dihindari.
Komprehensi klausa terikat atau klausa bawhan dalam banyak hal bergantung pada komprehensi terhadap arti kata-kata yang dipahami dalam klausa tersebut. Salah satu penyebab timbulnya masalah komprehensi kata-kata penghubung adalah tidak terbiasa berbicara dan bercakap-cakap dengan menggunakan secara tepat. Penyusunan kalimat dengan memakai kata hubung merupakan cara tepat untuk menjelaskan makna kata hubung, sehingga apabila muncul dalam bacaan dapat dipahami dengan tepat serta membuat parafrase atau menangkap ide yang sama dalam kata-kata yang berbeda.

3.          Memahami Ide Pokok
Salah satu keterampilah komprehensi adalah menemukan ide pokok atau pikiran utama bahan bacaan yang dibaca. Agar dapat memiliki sebagian besar ide yang paling penting dari sejumlah besar kata-kata dalam bacaan, diperlukan kemampuan membedakan antara yang esensial dan yang tidak esensial, antara ide yang penting dan detail-detail atau ilustrasi. Hal ini merupakan bentuk berpikir yang melibatan perbandingan dan pemilihan.
Beberapa jenis latihan untuk mengembangkan komprehensi ide pokok, yaitu:
              a.     Dalam membaca suatu cerita, komprehensi maksa suatu kejadian dapat dites dengan menanyakan apa yang dirasakan oleh tokoh utama selama atau sesudah kejadian tersebut.
             b.     Bentuk latihan lain yang cocok untuk memehami ide pokok cerita adalah perintah untuk meringkas kejadian menjadi suatu kalimat.
              c.     Pemahaman bahan bacaan berupa informasi, ide pokok dapat ditemukan dalam tiap-tiap paragrafnya. Bentuk soal berupa pilihan ganda yang menanyakan ide pokok tersebut. Belajar menemukan kata-kata kunci juga dapat membantu pemahaman.
             d.     Mencari ide pokok wacana pendek yang terdiri dari beberapa paragraf.
              e.     Memberikan latihan untuk menulis kerangka wacana.
              f.     Membuat judul wacana yang belum ada judulnya, atau memilih judul-judul yang tersedia yang paling cocok dengan menggunakan paragraf lepas atau wacana yang lebih panjang.
             g.     Pembahasan dalam penggunaan cara seperti pada kebanyakan perngarang untuk menekakan ide-ide paling penting, yaitu dengan judul, subjudul, catatan pinggir, pernyataan pendahuluan, atau ringkasan akhir (kesimpulan).
             h.     Perhatian khusus pembaca terhadap paragraf-paragraf pendahuluan dan kesimpulan.
Skimming Guna Memperoleh Kesan Umum
Skimming adalah keterampilan membaca yang melibatkan membaca sepintas dan cepat untuk mendapatkan kesan keseluruhan dan umum. Beberapa situasi yang menuntut penggunaan skimming adalah:
              a.     Memeriksa sebuah bab dalam buku, sebelum mempelajarinya secara serius agar memperoleh sebuah gagasan tentang cakupan umum bab tersebut.
             b.     Menyampel beberapa halaman novel atau karya tulis yang lain untuk menentuka apakah karya tulis itu merupakan bacaan bernilai.
              c.     Memriksa secara cepat sebuah artikel tentang isu kontroversial untuk menemukan pandangan pengarang, tanpa memperhatikan argumen pengarang yang spesifik.
             d.     Memeriksa bahan bacaan untuk menilai apakah bacaan tersebut mengandung informasi yang sedang kita cari.
              e.     Meneliti bahan bacaan untuk menentukan apakah bacaan tersebut dapat dipahami ataukah terlalu sulit.
Sebuah teknik skimming yang baik dilakukan dengan hanya membaca kalimat pertama dalam setiap paragraf, sedangkan untuk pendahuluan dan kesimpulan atau ringkasan dibaca lebih teliti.

4.          Memahami Ide Penjelas
Dalam kegiatan membaca fungsional, mencatat dan mengingat detil-detil yang bermakna sama pentingnya dengan memahami ide pokok, yang bertujuan untuk menyerap selengkap mungkin materi yang disajikan pengarang. Detil memiliki berbagai fungsi dalam bacaan paparan (ekspositori) untuk memberikan ilustrasi konkret yang menyebabkan suatu generalisasi lebih bermakna, memberikan bukti untuk mendukung suatu kesimpulan, atau untuk menunjukan cara menerapkan suatu ide.
Beberapa jenis latihan mencatat dan mengingat detil dalam membaca adalah:
              a.     Dalam diskusi informal setelah membaca detil dengan membaca dalam hati, pikiran utama harus dapat diarahkan pada detil dengan pertanyaan.
             b.     Suatu kerangka karangan yang belum selesai dapat disajikan dengan ide-ide pokoknya dicantumkan dan diberi tempat kosong untuk ide penjelas.
              c.     Penggunaan pertanyaan yang langsung mengenai detil-detil.

5.          Menemukan Jawaban Pertanyaan Khusus
Dalam beberapa kegiatan membaca, pembaca memiliki pertanyaan khusus dalam pikirannya. Namun terkadang pembaca menemukan kesulitan menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya pertanyaan dibuat sebelum membaca dan cara membacanya harus ditujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu. Berdiskusi merupakan cara untuk mencapai sukses dan membetulkan kesalahan.
Scanning (Membaca Sepintas untuk Menemukan Informasi Tertentu)
Scanning adalah membaca secara cepat untuk menemukan jawaban suatu pertanyaan yang sangat spesifik sperti nama, tanggal, nomor telepon, atau yang lainnya. Mempelajari scanning dapat dilakukan dengan menggunkan bahan bacaan yang biasa dibaca dengan scanning dalam kegiatan membaca fungsional. Scanning yang digunakan untuk memperoleh informasi tertentu telah mengembangkan keterampilan khusus yang berbeda dengan cara membaca yang lain. Selama menggerakan mata secara cepat melihat keseluruh materi bacaan, pembaca tidak menyerap makna tetapi hanya mengenali bahwa hal yang dicarinya tidak ada. Ketika dia menjumpai hal-hal yang dicarinya, akan tampak secara jelas seolah-olah tercetak tebal.

6.          Mengikuti Urutan Kejadian
Dalam pemahaman bacaa naratif, baik beruupa fiksi atau sejarah diperlukan kemampuan untuk mencatat susunan atau urutan kejadian, menangkap hubungan sebab akibat yang ada, dan mengantisipasi hal-hal lain dari cerita tersebut. Cara praktik dalam komprehensi ini dalah:
              a.     Menceritakan kembali isi cerita adalah cara yang paling efektif dan tepat.
             b.     Penggambaran urutan kejadian yang masih acak untuk disusun kembali.
              c.     Berpikir selama membaca dan mencoba mengantisipasi (menerka kelanjutan) cerita dapat dikembangkan dengan menyajikan ceriya-cerita yang belum selesai dan meminta pembaca untuk membuat akhir cerita yang cocok atau memilih dari beberapa akhir cerita yang disediakan yan dirasa paling cocok.

7.          Mengikuti Petunjuk Tertulis
Salah satu kegunaan membaca adalah untuk menemukan cara mengerjakan sesuatu yang terdapat pada petunjuk-petunjuk tertulis dan aturan-aturan melakukan sesuatu.

8.          Mengenali Susunan Karangan
Tulisan yang baik adalah tulisan yang tersusun sedemikian rupa sehingga pengarang mulai dengan sesuatu yang dikatakannya, memikirkan urutannya dan hubungan antara ide-ide khusus yang akan diungkapkannya, dan rencana pemaparannya secara tertatur. Dalam karangan fiksi ada perwatakan yang diperkenalkan, latar (setting) yang digambarkan, dan alur cerita yang jika direncanakan dengan baik akan berakhir dengan suatu klimaks. Dalam tulisan yang berisi informasi atau fakta, biasanya ada pendahuluan, isi dan keimpulan atau ringkasan. Ada beberapa perbedaan antara tulisan paparan atau argumen, antara tulisan yang bermaksud menyampaikan informasi dan tulisan yang bermaksud melakukan persuasi. Pola khusus yang digunakan oleh setiap penulis dapat sangat berbeda, tetapi dalam bacaan yang tertulis dengan baik harus dapat dikenali polanya.

9.          Mengingat Isi Bacaan
Banyak orang mengeluhkan bahwa mereka memahami apa yang mereka baca, tetapi tidak dapat mengingat isi bacaannya. Berikut ini adalah prinsip-prinsip untuk menanggapi keluhan tersebut, seperti:
              a.     Bahan bacaan akan mudah diingat jika bermakna.
             b.     Bahan bacaan akan mudah dipahami dalam susunan yang lebih mudah diingat daripada bahan bacaan yang tidak tersusun dengan baik.
              c.     Mengingat hal-hal penting dari yang dibaca dengan membuat skema, meringkas, atau membuat catatan, atau hanya dengan menggarisbawahi hal-hal itu atau menulis komentar di bagian tepi bacaan.
             d.     Usaha aktif untuk mengingat-ingat selama membaca merupakan cara untuk memperbaiki daya ingat.
              e.     Hal yang diingat harus diteliti dan diperhatikan secara khusus.
              f.     Menelaah dan membaca ulang jika pembaca mengingat dalam waktu yang lama.
             g.     Setelah membaca, pembaca harus mencoba mengingat hal-hal penting yang perlu diingat dan memahaminya kepada diri sendiri.
             h.     Hal-hal yang harus diingat membutuhkan pengulangan pemahaman dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, kurangnya ingatan terhadap apa yang telah dibaca merupakan akibat dari membaca secara pasif, tidak selektif, yang diikuti dengan kegagalan mengulang dan menyatakan kepada diri sendiri hal-hal yang perlu diingat. Kesalahan ini dapat diperbaiki dengan menyediakan beberapa latihan mengungkapkan kembali bahan bacaan yang telah dibaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar