Rita Maya

Rita Maya

Rabu, 04 Januari 2012

Coretan 5 Januari 2012

Teks Eksplanasi

TEDHAK SINTEN: RITUAL TURUN TANAH
Tedhak artinya turun atau menapakkan kaki sedangkan Siten dari kata siti artinya tanah atau bumi. Jadi, tedhak siten berarti menapakkan kaki kebumi. Ritual tedhak siten menggambarkan persiapan seorang anak untuk menjalani kehidupan yang benar dan sukses dimasa mendatang dengan berkah Tuhan dan bimbingan orang tua serta para guru sejak masa kanak-kanak.
Tedhak Siten atau upacara Turun Tanah adalah salah satu upacara adat budaya Jawa untuk anak yang berusia 8 bulan (pitung lapan). Biasanya pelaksanaan upacara tedhak siten diadakan pagi hari di halaman depan rumah. Selain kedua orang tua anak, eyang, dan para pinisepuh merupakan tamu terhormat, disamping tentunya diundang juga para saudara dekat. Upacara ini mewujudkan rasa syukur karena pada usia ini anak tersebut akan mulai mengenal alam disekitarnya dan mulai belajar berjalan.
Pada upacara adat ini ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh si anak, dimana tiap tahap atau proses tersebut memiliki nilai-nilai budaya yang cukup tinggi. Upacara tedhak sinten ini sendiri dalam prosesinya memerlukan uba rampe yang beraneka ragam, setiap uba rampe yang dipergunakan ini juga memiliki makna yang cukup dalam. Prosesi upacara tedhak sinten adalah sebagai berikut.
Pertama, anak dituntun untuk berjalan maju dan menginjak juadah (jadah) tujuh warna yang terbuat dari beras ketan. Warna-warna itu adalah merah, putih, oranye, kuning, hijau, biru dan ungu. Ini merupakan lambang agar anak mampu melewati berbagai rintangan dalam hidupnya. Strata kesadarannya juga selalu meningkat lebih tinggi. Dimulai dari kehidupan duniawi, untuk menunjang dan mengembangkan diri, terpenuhi kebutuhan raganya, kehidupan materinya cukup, raganya sehat, dan segala keinginannya terpenuhi. Seiring pertumbuhan lahir, keperluan batin  meningkat ke kesadaran spiritual.
Kedua, anak dituntun menaiki tangga yang terbuat dari batang tebu Arjuna (tebu ireng/wulung), lalu turun lagi. Tebu merupakan akronim dari antebing kalbu, mantapnya kalbu yang berarti dengan tekad hati yang mantap. Tebu Arjuna melambangkan supaya anak bersikap seperti Arjuna, seorang yang berwatak satria dan bertanggung jawab, selalu berbuat baik dan benar, membantu sesama dan kaum lemah, membela kebenaran, berbakti demi bangsa dan negara.
Ketiga, turun dari tangga tebu, anak  dituntun untuk berjalan dionggokan pasir. Di tempat itu dia mengais pasir dengan kakinya, dalam bahasa Jawa disebut ceker-ceker, yang bermakna adalah mencari makan. Maksudnya anak tersebut setelah dewasa akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keempat, anak dimasukkan ke dalam sebuah kurungan yang biasanya berbentuk kurungan ayam yang sudah dihiasi, didalamnya terdapat berbagai benda seperti, buku, perhiasan, telpon genggam, uang, dan sebagainya. Kemudian anak dibiarkan memilih salah satu dari barang-barang tersebut. Misalnya dia memilih buku, mungkin satu hari dia akan jadi ilmuwan atau memilih telpon genggam, dia bisa menjadi tehnisi atau ahli komunikasi. Kurungan merupakan lambang dari dunia nyata. Jadi, anak tersebut memasuki dunia nyata dan dalam kehidupannya dia akan dipenuhi kebutuhannya melalui pekerjaan atau aktivitas yang telah dipilihnya secara intuitif sejak kecil. Selanjutnya, anak dimandikan dengan banyu gege (air yang disimpan dalam tempayan/bokor selama satu malam dan pagi harinya dihangatkan dengan sinar matahari) yang melambangkan harapan agar anak dapat selalu segar dan tegar dalam menjadi hidupnya di masa depan, dalam istilah jawa dikenal dengan gelis gedhe lan ilang sarap sawane. Setelah selesai, anak kemudian dibimbing berjalan membawa tebu & perlengkapannya dan dilanjutkan dengan udhik-udhik oleh ayah dan kakeknya.
Kelima, ayah dan kakek anak tersebut menyebar udhik-udhik, yaitu uang logam dicampur berbagai macam bunga, biji-bijian, dan beras kuning. Maksudnya, anak tersebut jika sudah dewasa akan menjadi orang yang dermawan dan suka menolong orang lain, karena suka memberi, baik hati, dia juga akan mudah mendapatkan rejeki.
Keenam, kemudian anak tersebut dibersihkan dengan dibasuh dengan air sritaman, yaitu air yang dicampuri bunga-bunga seperti melati, mawar, kenanga dan kantil. Ini merupakan pengharapan dalam kehidupannya, anak ini nantinya harum namanya dan bisa mengharumkan nama baik keluarganya.
Ketujuh, pada akhir upacara, anak tersebut didandani dengan pakaian bersih dan bagus. Maksudnya supaya si anak mempunyai jalan kehidupan yang bagus dan bisa membuat bahagia keluarganya.
Selanjutnya para hadirin dipersilahkan menyantap hidangan yang telah disediakan seperti ayam panggang, pisang raja (melambangkan harapan agar anak tersebut di masa depan bisa hidup sejahtera dan mulia), jajan pasar, berbagai jenis jenang-jenangan, tumpeng lengkap dengan gudangan, nasi kuning, tumpeng robyong, dan tumpeng gundhul. Demikian, ritual tedhak siten telah selesai. Seluruh keluarga berbahagia dan berharap semoga Tuhan memberikan berkahnya agar tujuan ritual  berhasil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar