Rita Maya

Rita Maya

Rabu, 04 Januari 2012

Coretan 5 Januari 2012

Nama     : Rita Mayasari
NIM       : 10201241037
Kelas     : C
Teks Eksplanasi

UPACARA CING-CING GOLING
Upacara Cing-cing Goling termasuk jenis upacara selamatan atau ungkapan rasa syukur. Upacara ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada roh leluhur atau roh pelindung masyarakat di Dusun Gedangan, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo. Pada tahun 2009 upacara ini telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu paket wisata budaya.
Upacara Cing-cing Goling merupakan perpaduan antara dua unsur yang sebenarnya cukup berbeda. Unsur-unsur itu adalah Hindu yang dibawa oleh pelarian prajurit Majapahit, yaitu Wisang Sanjaya dan Yudopati beserta kelompoknya dengan unsur kejawen dari penduduk asli yang mendiami wilayah yang kini dikenal dengan nama Dusun Gedangan. Prajurit-prajurit itu menetap di daerah sekitar Kali Dawe, Gedangrejo.  Mereka hidup dengan menjadi petani dan membangun bendungan di Kali Dawe yang diberi nama bendungan Kali Dawe untuk mengairi lahan pertanian.  Selain berperan dalam pertanian, Wisang Sanjaya dan Yudopati juga membantu penduduk setempat melawan perampok yang telah lama meresahkan desa mereka.
Para pelarian yang bisa membaur dan penduduk setempat yang bersedia menerima orang-orang asing menandakan bahwa kebudayaan lokal mempunyai kearifan tersendiri dan tidak antipati terhadap masuknya budaya pendatang. Oleh karena itu, untuk mengenang legenda tersebut masyarakat Gedangrejo setiap musim panen ke-2 (sekitar Bulan Mei, Juni, dan Juli) mengadakan upacara syukuran Cing-Cing Goling yang diselenggarakan di dekat bendungan Kali Dawe. Hari yang diambil untuk pelaksanaannya adalah senin wage atau  kamis kliwon.
Upacara Cing-cing Goling merupakan upacara selamatan yang berskala besar untuk ukuran sebuah perayaan adat. Setiap digelar, upacara ini menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Upacara tersebut diawali oleh menyiapkan tempat upacara, kemudian penyediaan ayam kampung yang berkisar antara 500-800 ekor untuk ritual persembahan, berikutnya adalah menyiapkan berbagai sesaji untuk media doa, dan dilanjutkan dengan pementasan berbagai kesenian adat, salah satunya yang utama berupa cerita rakyat dalam bentuk teatrikal yang berkisah tentang cerita pelarian orang-orang dari Kerajaan Majapahit, dan terakhir adalah pementasan tari Cing-cing Goling. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Pertama, upacara Cing-cing Goling dilaksanakan di dua tempat, yaitu rumah Kepala Dusun Gedangan sebagai tempat awal untuk memulai kirab kenduri dan selanjutnya di ladang dekat Bendung Kali Dawe atau Bendungan Kedung Dawang sebagai tempat ritual inti.
Kedua, dalam ritual persembahan warga membuat ayam panggang dan ayam ingkung, lauk-pauk dan nasi sebagai perlengkapan kenduri. Keperluan kenduri ini akan dikirab dari rumah Kepala Dusun Gedangan menuju ke Bendung Kali Dawe. Kemudian ritual dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh pemangku adat untuk keselamatan seluruh penduduk dan kesejahteraan para petani. Setelah selesai pembacaan doa, makanan-makanan tersebut dibagikan kepada para pengunjung dan masyarakat sekitar yang tinggal di dekat Bendungan Kali Dawe.
Ketiga, pada cerita rakyat yang berbentuk teatrikal tersebut dikisahkan oleh sekelompok orang yang mengepung dua orang laki-laki dan perempuan di tengah ladang dengan mengucapkan kata “cing-cing goling” secara berulang-ulang.  Kelompok ini berusaha merampok si perempuan (tokoh perempuan ini diperankan oleh laki-laki) yang dilindungi oleh temannya. Pada salah satu adegan terlihat puluhan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian yang terdapat di sekitar bendungan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat, tanaman yang diinjak-injak saat berlangsung upacara Cing-cing Goling itu akan bertambah subur. Teatrikal ini bertempat di ladang yang ada di sekitar Bendungan Kali Dawe.
Pementasan tari Cing-cing Goling adalah penutup dari rangkaian ritual inti. Selanjutnya dapat dipertunjukkan hiburan tambahan berupa kesenian lain seperti jathilan, reog Gunungkidul, campursari, dan pagelaran wayang kulit. Namun demikian, kesenian-kesenian tersebut tidak selalu ditampilkan setiap tahunnya mengingat besarnya dana yang dibutuhkan.
Penyelenggaraan upacara ini memerlukan biaya yang tak sedikit, tetapi upacara Cing-cing Goling tetap diselenggarakan setiap tahunnya. Masyarakat Gedangan menganggap upacara yang telah bertahan selama berabad-abad ini sebagai bagian dari adat dan harus dilestarikan. Pengunjung yang menyaksikan prosesi adat tersebut tidak ditarik biaya dan akan mendapatkan pengetahuan dan hiburan dari kesenian khas Gunungkidul. Oleh karena itu, pengunjung diharapkan dapat lebih mengenal dan termotivasi untuk melestarikan kesenian tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar