Rita Maya

Rita Maya

Rabu, 04 Januari 2012

Coretan 5 Januari 2012

Teks narasi ekspositoris
PRIA HEBAT
Pria yang bernama Tugiran ini dilahirkan 52 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 5 Mei 1959. Dia adalah putra sulung dari enam bersaudara pasangan Amat Sahid dan Sumirah. Adik pertamanya bernama Sukinah, yang ketiga Turiyem, yang keempat Jumirah, yang kelima Rubiyo, dan yang terakhir adalah Rubinem. Semasa kecilnya, dia dikenal sebagai anak yang cenderung nakal karena keaktifannya. Sebagai anak yang tertua, dia sangat menyayangi adik-adiknya. Berawal dari sanalah jiwa kepemimpinannya lahir.
Pendidikan yang dianyamnya terhenti ketika dia baru lulus salah satu SMK Muhammadiyah di Wiyoro, Banguntapan, Bantul pada jurusan Mesin, atau sekarang lebih dikenal dengan Otomotif pada tahun 1980. Dia mengalah untuk tidak melanjutkan studinya karena kelima adiknya sudah mengantre untuk bisa bersekolah sepertinya. Selanjutnya dia bekerja untuk membantu orang tuanya menyekolahkan adik-adiknya.
“Pak Lek dan Bu Lek kamu harus bersekolah, setidaknya sampai setingkat SMP atau SMK. Mereka harus berkenalan dengan dunia pengetahun dan teknologi. Suatu saat nanti itu akan sangat berguna. Dalam hidup ini, waktu terus berjalan dan manusia harus mengikuti langkah demi langkah dengan pengetahuan,” ungkapnya.
“Bekerja adalah pilihan tepat ketika kita tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya. Meski begitu, yang pertama harus kita ketahui adalah minat dan bakat kita. Seseorang yang bekerja tidak disertai dengan keinginan dan kemampuan dari dalam dirinya, sudah dapat dipastikan dia tidak bertahan lama. Dan itu sempat bapak alami,” katanya suatu ketika.
Setelah lulus, dia bekerja di PT. Voxel Electric, sebuah pabrik kabel di Jakarta Selatan, yaitu pada tahun 1980-1982. Kemudian pada tahun 1982, dia mengundurkan diri dari pekerjaan itu dan bekerja sebagai pramuniaga di Hero Supermarket Pulogadung, Jakarta Timur selama dua tahun, yaitu dari tahun 1982-1984.
“Bekerja sebagai buruh pabrik di Voxel setidaknya masih ada hubungannya dengan jurusan yang bapak ambil ketika sekolah dulu. Akan tetapi ketika bekerja sebagai pramuniaga, bapak merasa mendapat tantangan baru, karena bidang ini belum bapak pelajari sebelumnya. Sebagai pramuniaga ibaratnya harus pandai menggoda. Sesekali mungkin kita memanipulasi kata. Berlebihan itu wajar. Mungkin anak-anak sekarang menyebutnya dengan bahasa alay”, ujarnya sambil tertawa.
Pada akhir tahun 1984, dia diminta pulang ke kampung halaman oleh ayahnya. Selama berada di kampung halaman, dia mengenal sosok perempuan bernama Sumiasih yang merupakan adik dari teman sekolahnya dulu, Supardi. Perempuan inilah yang dipersunting olehnya untuk dijadikan istri.
“Tentang itu, kamu pasti pernah mendengar peribahasa Jawa: tresna jalaran saka kulina. Peribahasa itulah yang tepat untuk menggambarkan kedekatan kami. Pak De kamu, Supardi adalah teman dekat bapak. Oleh karena itu, bapak sering bertemu dengan ibu kamu yang ketika itu masih sekolah di salah satu SMA di Wonosari,” ungkapnya.
Pada tahun 1986 mereka memutuskan untuk menikah dan beberapa bulan setelahnya mereka ke Jakarta Selatan karena sang suami mendapat panggilan untuk kembali ke PT. Voxel Electric. Pada tanggal 19 Maret 1987 mereka dikaruniai anak pertamanya yang diberi nama Ika Nurhidayah. Setelah anak pertamanya berusia dua tahun, sang istri izin bekerja di sebuah pabrik konveksi di Bandung. Olehnya diizinkan karena selama di Bandung, istri dan anaknya akan tinggal dengan keluarga kakak pertama sang istri, Sayadi.
Setelah dua tahun berpisah, mereka memutuskan untuk pulang ke kampung halaman ketika anak pertamanya berusia empat tahun, yaitu tahun 1991. Ketika di kampung halaman dia mendapat tawaran bekerja sebagai staf rumah tangga di Pertamina oleh kakak ketiga istrinya. Tawaran itu diterima, sehingga dia bekerja disana dari tahun 1991 dan mengundurkan diri pada tahun 1993 karena dia diminta untuk bertani mengurus sawah dan ladang karena kakek dan nenek sudah lanjut usia sehingga merasa tidak sanggup lagi mengolahnya. Sedangkan adik-adiknya tidak dapat membantu banyak. Pada tanggal 14 Juli 1993, mereka dikaruniai anak kedua yang diberi nama Rita Mayasari.
“Profesi sebagai petani sangat bapak nikmati karena profesi diberikan oleh kakek kamu sendiri. Bapak merasa memiliki tanggung jawab untuk mengerjakannya. Apalagi melihat kondisi kakek saat itu yang sakit-sakitan, sedangkan adik-adik bapak sudah terlalu sibuk mengurusi rumah tangga masing-masing,” tuturnya.
Pada tahun 1997, adiknya yang bernama Turiyem meninggal dunia karena kelumpuhan yang ia derita sejak kecelakaan beberapa waktu sebelumnya. Lalu pada tahun 1998, ayahnya, Amat Sahid menghembuskan nafas terakhirnya sesuai sholat Jumat karena penyakit stroke dan asma yang ia derita selama hampir dua tahun. Kemudian tahun 1999, ibunya, Sumirah juga meninggal dunia karena penyakit hipertensi yang ia derita mulai setahun sebelumnya. Ini adalah tahun-tahun yang sangat menyedihkan bagi keluarganya, terutama dia. Dalam waktu tiga tahun berturut-turut dia kehilangan adik dan orang tua yang sangat dia cintai.
“Bapak merasa sangat bersedih ketika adik bapak meninggal dunia. Saat itu dua orang sepupumu, putri dari adik bapak baru berusia 11 tahun dan 3 tahun. Bapak merasa sangat kasihan, dalam usia yang begitu belia mereka harus kehilangan ibunya. Untunglah ayah mereka sangat pengertian sehingga mereka tidak terlalu larut dalam kesedihan dan mau kembali ke rumahnya di Pulogadung, Jakarta Timur. Kesedihan bapak bertambah karena dua tahun berikutnya bapak kehilangan kedua orang tua. Bapak merasa belum cukup berbakti kepada mereka. Penyesalan diakhir memang tidak ada gunanya. Kesedihan yang berlarut-larut hanya akan membuat kita semakin terpuruk”, ungkapnya beberapa waktu lalu.
Sebenarnya selain menjadi petani, di waktu-waktu tertentu saat menunggu waktu panen bapak bekerja sebagai tukang kayu. Dia bersama beberapa orang temannya membeli kayu yang masih berbentuk pohon dari para pembeli. Kemudian kayu-kayu ini diolah untuk dijadikan perabotan rumah tangga, pintu, jendela hingga lantai rumah. Produk-produk ini kemudian dipasarkan ke wilayah Jakarta dan Bogor. Biasanya bapak dan teman-temannya baru akan melakukan produksi jika mereka memperoleh pesanan. Pengantaran pesanan itu lamanya hampir satu bulan karena selain mengantarkan, bapak dan teman-temannya juga harus memasang. Dalam hal ini, memasang lantai kayu merupakan pekerjaan yang paling memakan waktu jika dibandingkan dengan yang lain.
Kemudian pada tahun 2005, dia memulai peruntungan baru. Dia bekerja sebagai salesman (karyawan pemasaran) di UD Cipta Karya Abadi Sleman yang merupakan salah satu kantor cabang dari pusatnya di Surabaya. Mungkin karena sebelumnya, dia telah menjajaki dunia perniagaan, jadi saat itu dia tidak mendapat kesulitan yang berarti. Selama hampir satu setengah tahun, pekerjaan dia dinilai memuaskan oleh atasannya. Sampai suatu ketika dia memutuskan untuk berhenti sementara dari pekerjaan itu karena kondisi keluarga yang sedang tidak mendukung. Saat itu keluarganya sedang tertimpa musibah. Gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 telah merenggut nyawa istrinya. Peristiwa ini terjadi ketika anak keduanya baru duduk di kelas 8 SMP dan kakaknya sudah berkeluarga. Dia memilih harus menemani anak keduanya hingga tamat dari SMP baru melanjutkan pekerjaannya.
“Bapak hanya tidak tega jika kamu sendiri di rumah, sedangkan kakakmu tidak bisa menemanimu. Jika bapak titipkan kamu ke tempat saudara, bapak tidak yakin kamu akan betah tinggal disana. Bagi bapak yang terpenting saat itu adalah kamu dan sekolahmu. Kalau bapak di dekatmu, setidaknya kamu tidak merasa kesepian dan kamu bisa belajar dengan nyaman,” tuturnya.
Setelah anak keduanya lulus tahun 2007, dia diterima kembali bekerja di UD Cipta Karya Abadi. Pada tahun 2010, dia diamanati menjadi koordinator pemasaran yang berada di wilayah Gunungkidul. Gunungkidul bukan merupakan kantor cabang tetapi hanya pos dari kantor cabang Sleman yang didirikan untuk memfasilitasi para karyawan yang berdomisili di Gunungkidul.
“Menurut bapak sebenarnya sama saja, mau kantor di Sleman atau Gunungkidul, karena sama-sama tidak bisa pulang setiap hari. Bapak harus tetap berada di kantor selama seminggu dan pulang ketika libur kerja. Hal ini karena, bapak pulang agak larut malam dan sesudahnya harus menyusun laporan penjualan setiap harinya. Jika bapak pulang setiap hari, maka itu hanya akan mengurangi waktu untuk beristirahat,” ceritanya.
Dari beberapa pekerjaan yang pernah dia lakoni, pekerjaan inilah yang paling dia minati. Dia mendapat banyak pengalaman baru yang tidak didapat dari pekerjaan sebelumnya. Jika saat menjadi pramuniaga, dia hanya berada di satu tempat yang sama (meskipun dengan orang-orang (konsumen) yang berbeda), maka saat menjadi salesman dia bertemu dengan orang yang berbeda di tempat yang berbeda pula.
“Dari pekerjaan ini pula, bapak menjadi tahu keunikan-keunikan setiap daerah yang pernah dikunjungi, misalnya, ketika berada di Sleman tepatnya di Srumbung. Saat itu daerah ini sedang panen salak besar-besaran. Karena salak di pasaran sangat banyak, maka harganya anjlok. Dari konsumen yang bapak datangi, bapak diberi 5 kg salak pondoh. Masih ingatkah kamu saat itu? Juga ketika berada di daerah lain seperti Kulon Progo, Purworejo, Temanggung, Bantul dan juga Gunungkidul. Semua tempat memiliki cerita dan kesan tersendiri,” ceritanya.
Kantor cabang tempatnya bekerja, wilayah pemasarannya hanya sebatas DIY dan sebagian kecil daerah Jawa Tengah disekitar DIY. Dalam kantor cabang ini terdapat beberapa kelompok pemasaran. Masing-masing kelompok memiliki 1 koordinator pemasaran, 1 sopir (jika diperlukan), 10-15 orang karyawan pemasaran dan satu mobil sebagai fasilitasnya. Dia adalah salah satu dari koordinator pamasaran itu.
Dalam pekerjaan ini, tanggung jawabnya yang paling awal adalah membekali para karyawan pemasaran trik-trik dalam memasarkan barang dan memastikan semua karyawan menguasai trik tersebut. Selanjutnya adalah pembekalan melakukan demonstrasi kepada para calon pembeli. Karena produk yang dipasarkan berupa panci serba guna, jadi mereka harus mengetahui cara-cara memasak dengan benar dengan menggunakan panci itu, misalnya kue bolu. Setelah pengetahuan tentang memasak dan cara penggunaan alat masak, dia harus mengajari cari berkomunikasi dengan orang lain agar mereka tertarik dengan produk yang ditawarkan. Serangkaian pelatihan tersebut harus dilalaui semua karyawan baru sebelum mereka terjun ka lapangan. Biasanya lama pelatihan ini 2-3 hari, tergantung dari karyawan yang dilatih. Selanjutnya dia tidak melepas begitu saja mereka ke lapangan. Dia harus mendampingi mereka saat melakukan demonstrasi, terutama pada karyawan yang kesulitan berbicara saat dia sedang memasak.
Hal-hal tersebut adalah tanggung jawabnya kepada karyawan-karyawannya, sedangkan tanggung jawab pada perusahaan adalah memastikan setiap bulannya dapat memenuhi target penjualan, penyetoran uang penjualan secara penuh, pembuatan laporan yang benar tanpa kecurangan dan mempertahankan karyawan. Oleh karena itu, setiap hari dia harus berpikir cepat dan tepat untuk memutuskan target pembeli yang akan ditawari. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan karyawan pemasaran kepada koordinatornya. Jika koordinator mampu memilih tempat-tempat yang berpotensi baik, maka karyawan akan mendapatkan poin penjualan yang baik pula, sehingga mereka akan merasa betah dan bertahan dengan pekerjaan itu.
“Selain itu, bapak juga harus bisa memahami setiap karakter karyawan. Setiap orang pasti punya sifat yang berbeda dengan orang lain, jadi menghadapinya pun tidak bisa disamakan. Dengan seperti ini, bapak bisa membangun kerjasama yang baik dengan para karyawan. Prinsip bapak adalah kita adalah rekan kerja yang saling membutuhkan, bukan hubungan antara atasan dan bawahan. Oleh karena itu, banyak karyawan yang menganggap bapak juga sebagai orang tuannya atau teman curhatnya. Bapak menyukai yang seperti itu,” paparnya suatu ketika.
Dia adalah sosok pria hebat yang mungkin bagi orang lain hanya dianggap pria biasa sama seperti yang lain. Kehebatannya bukan karena pangkat atau kedudukan, tetapi justru pada keahliannya menempatkan diri, kapan dia harus jadi seorang pemimpin, kapan dia harus menjadi seorang sahabat, kapan dia harus menjadi seorang ayah, dan kapan dia harus dari seorang ibu. Semua yang diperankannya begitu sempurna. Bahkan diusianya yang semakin bertambah tua, semangatnya tak pernah menurun, tetap menjadi pahlawan bagi keluarga dan rekannya.

1 komentar: