Rita Maya

Rita Maya

Minggu, 13 November 2011

Coretan 14 November 2011


MENYIMAK IKLAN GENRE
R1 (Record) :
1.      Gambar :
Orang     : keluarga (Bapak, Ibu, dan dua orang anak, laki-laki dan perempuan), dua orang remaja (Sinta dan Jojo).
Tempat   : di pekarangan rumah tempat menjemur pakaian, di dapur, dan di ruang televisi.
Benda    : jemuran baju, perabotan dapur dan perabotan di ruang makan, serta televisi.
Waktu    : siang hari.
2.      Foto :
Ibu sedang menjemur pakaian, ditarik-tarik anaknya, di dapur dia repot dan bingung mengurusi keluarganya. Ibu memakai baju daster dengan rambut bagian depan yang dirol dan bagian belakang seperti dikonde kecil serta tanpa perhiasan.
Dua anak sedang rewel (ribut), menarik-narik baju ibunya. Anak laki-laki memakai kaos lengan pendek dan celana pendek, sedangkan yang anak perempuan memakai baju dengan rok terusan yang tanpa lengan.
Bapak membawa beberapa baju kotor ditangannya dengan wajah yang agak marah dan kesal mendatangi istrinya. Bapak memakai baju berkerah dengan lengan pendek.
Seorang wanita membuka pintu dapur, melihat keributan di rumah keluarga itu. Wanita ini berpakaian layaknya remaja, memakai baju ketat dan dirangkap dengan baju lengan panjang, rambut berponi dan terurai panjang.
Sinta dan Jojo menonton ilustrasi keluarga tadi dari televisi. Mereka berpakaian seperti remaja pada umumnya, memakai baju ketat yang dirangkap dengan baju lengan pendek (Jojo) dan lengan panjang (Sinta), keduanya dengan rambut berponi dan terurai panjang.
3.      Tulisan :
Tulisan yang terdapat dalam tayangan iklan tersebut adalah :
a)    Judul             : GENRE
b)   Slogan           : Saatnya yang muda yang berencana
c)    Lagu iklan     : “Sorry 3x Jek
Ogah kawin muda
Sorry 3x Bang
Nikah perlu rencana”
d)   Pembuat iklan : BKKBN
4.      Warna :
Seorang ibu dan dua orang anaknya memakai baju dengan warna yang tidak mencolok, seperti abu-abu muda, kuning muda, dan putih buram.
Seorang bapak memakai baju yang berwarna biru tua.
Seorang wanita muda memakai baju warna cerah (putih dan ungu).

5.      Lagu :
Kutipan lagu dari iklan tersebut :
“Sorry, sorry, sorry Jek
Ogah kawin muda
Sorry, sorry, sorry Bang
Nikah perlu rencana”
6.      Percakapan :
Dalam iklan tersebut tidak terdapat percakapan antar tokoh karena hanya berupa ilustrasi.
7.      Musik pengiring :
Menggunakan musik pengiring irama Keong Racun yang diubah liriknya.

R2 (Reduce) :
Kata-kata kunci yang terdapat dalam pesan :
a.    Genre (Generasi Berencana)
b.    BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
c.    Generasi muda
d.   Berumah tangga
R3 (Recite) :
A.      Pesan iklan :
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) mengeluarkan sebuah konsep Genre (Generasi Berencana) dengan tujuan untuk mensosialisasikan dan mengkampanyekan proses program persiapan kehidupan berumah tangga dengan berdasar pada prinsip KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja). Genre diharapakan menjadi generasi yang merencanakan masa depannya dengan baik melalui studi, bekerja, dan menikah sesuai dengan siklus kesehatan reproduksinya. Genre merupakan kemasan baru kampanye KRR yang bertujuan untuk menjadi trendsetter BKKBN.
B.       Pemakaian bahasa dalam iklan :
1.    Kata tidak baku
a.    Landasan teori kata tidak baku
Kata tidak baku adalah kata yang penggunaannya tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan.
Kata tidak baku digunakan dalam bahasa percakapan sehari-hari dan bahasa tutur. Kita biasanya sering menyepelekan tutur kata yang kita ucapkan, padahal yang kita ucapkan belum tentu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kata tidak baku ini biasanya terlihat pada kerancuan suatu kalimat, misalnya :
“Di sekolahku mengadakan pesta” Yang seharusnya tertulis : “Di sekolahku diadakan pesta” a
tau ”Sekolahku mengadakan pesta” atau dapat juga terjadi karena mendapat pengaruh dari bahasa daerah, misalnya bahasa Jawa. Contoh : “Apa kamu sudah makan?” yang seharusnya tertulis “Apakah kamu sudah makan?”
b.    Kata tidak baku dalm iklan Genre




2.    Campur kode
a.    Landasan teori campur kode
Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang pentur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berubungan dengan karateristik penutur, seperti latar belakng sosial, tingkat pendidikan, dan rasa keagamaan. Biasanya ciri yang menonjol adalah berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada kesepakatan menggunakan bahasa lain, meskipun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk konvergense kebahasaan (linguistic convergense).
Campur kode dibedakan menjadi dua, yaitu :
1)      Campur kode ke dalam (innercode-mixing) adalah campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya.
2)      Campur kode ke luar (outercode-mixing) adalah campur kode yang berasal dari bahasa asing.
Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1)      Sikap (attitudinal type) : latar belakang sikap penutur.
2)      Kebahasaan (linguistic type) : latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan.
Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa, sehingga campur kode diwujudkan dalam bentuk :
1)   Penyisipan kata,
2)   Penyisipan frasa,
3)   Penyisipan klausa,
4)   Penyisipan ungkapan atau idiom, dan
5)   Penyisipan bentuk baster (gabungan bentuk asli dan asing).

b.    Campur kode dalam iklan Genre
Pada iklan tersebut terdapat penggunaan gaya bahasa berupa campur kode yang terdapat dalam lagu pengiringnya :
Sorry, sorry, sorry Jek
Ogah kawin muda
Sorry, sorry, sorry Bang
Nikah perlu rencana”
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menarik perhatian penonton/pemirsa iklan tersebut karena secara khusus iklan ditujukan untuk para remaja Indonesia,  memberi kesan santai karena iklan ini tidak bersifat formal,dan agar tidak membosankan bagi yang melihatnya. Penggunaan campur kode ini juga bertujuan untuk membuat iklan semakin komunikatif karena kata-kata seperti “Sorry, sorry, sorry Jek” dan “Sorry, sorry, sorry Bang” sudah sering didengar oleh penonton/pemirsa melalui lagu Keong Racun. Campur kode dalm iklan ini termasuk pada jenis campur kode ke luar (outer code-mixing) karena mencampur antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Menurut latar belakang terjadinya campur kode, maka termasuk ke dalam campur kode yang disebsbkan oleh sikap penutur, sebab sebelumnya penutur (model iklan) ini terkenal dengan video lipsing-nya Keong Racun. Wujud dari campur kode dalam iklan GENRE ini adalah berupa penyisipan kata, yaitu penyisipan kata “sorry” (bahasa Inggris) dalam kalimat tidak resmi bahasa Indonesia.
C.       Penilaian :
1.         Orisinalitas
Dari segi isi iklan, iklan ini terbukti bukan tiruan karena iklan ini merupakan konsep  baru yang resmi dikeluarkan oleh BKKBN, sehingga belum ada pihak lain yang membuatnya lebih awal dari BKKBN. Namun, jika dilihat dari segi musik pengiringnya, iklan ini bisa dikatakan sebagai hasil tiruan, karena musik yang digunakan pada iklan ini pada dasarnya adalah lagu Keong Racun yang diubah liriknya.
2.         Kreativitas
Iklan ini cukup kreatif dengan menggunakan ilustrasi kehidupan keluarga muda yang terlihat belum siap untuk menjalani kehidupan berumah tangga karena mereka belum memiliki bekal (persiapan dan perencanaan) yang cukup matang.
1)        Simbol
Penerjemahan pada foto dan warna :
Seorang wanita muda yang diperankan oleh Sinta dengan ilustrasi :  memakai baju daster berwarna abu-abu muda dengan rambut bagian depan yang dirol dan bagian belakang seperti dikonde kecil dengan tanpa perhiasan satupun sedang repot dan bingung mengurusi anggota keluarganya, yang mencerminkan atau memberi kesan bahwa dia adalah seorang ibu rumah tangga yang masih muda dengan kehidupan yang sederhana namun dia belum bisa mengatur kehidupan rumah tangganya.
Dua anak sedang rewel (ribut), menarik-narik baju ibunya. Anak laki-laki memakai kaos lengan pendek berwarna kuning keputihan dan celana pendek, sedangkan yang anak perempuan memakai baju dengan rok terusan yang tanpa lengan berwarna putih buram, yang memberi kesan bahwa mereka adalah anak-anak yang berasal dari kalangan ekonomi menengah bawah yang sederhana yang merengek-rengek kepadamibunya untuk melakukan sesuatu.
Seorang pria dewasa yang diperankan oleh seorang pemuda dengan ilustrasi : memakai baju berkerah berlengan pendek berwarna biru tua dengan membawa beberapa baju kotor ditangannya dengan wajah yang agak marah dan kesal menghampiri tokoh yang diperankan oleh Sinta, sehingga memberi kesan bahwa dia adalah seorang suami/bapak yang sedang kesal dan ingin memprotes kepada istrinya karena bermasalah dengan bajunya.
Seorang wanita muda yang diperankan oleh seorang pemudi dengan ilustrasi : membuka pintu dapur, melihat keributan di rumah keluarga tokoh yang diperankan oleh Sinta. Wanita ini berpakaian layaknya remaja, memakai baju ketat berwarna ungu dan dirangkap dengan baju lengan panjang berwarna putih, rambut berponi dan terurai panjang serta mengenakan gelang di tangan kanannya, sehingga memberi kesan bahwa dia adalah seorang remaja putri yang belum menikah.
Sinta dan Jojo menonton ilustrasi keluarga tadi dari televisi. Mereka berpakaian seperti remaja pada umumnya, memakai baju ketat yang dirangkap dengan baju lengan pendek berwarna biru muda (Jojo) dan lengan panjang berwarna biru tua (Sinta), keduanya dengan rambut berponi dan terurai panjang. Warna biru muda mencerminkan warna pada lambang penulisan huruf B dan N pada BkkbN dan warna pada logo BkkbN yang berupa garis lengkung setengah lingkaran, sedangkan warna biru tua mencerminkan warna pada lambang penulisan huruf k dan b pada BkkbN dan warna pada logo BkkbN yang berupa gambar orang berjumlah empat orang.
2)        Lay Out
Penataan gambar pada iklan ini menunjukan bahwa iklan ini memiliki sebuah alur (jalan cerita) yang jelas yaitu diawali dengan seorang ibu yang sedang menjemur pakaian dan diganggu dengan  kedua anaknya yang ribut setelah itu di dapur ibu itu kerepotan dan bingung mendengarkan perkataan suami dan anak-anaknya yang memintanya untuk melakukan sesuatu, adegan tersebut adalah tayangan yang dilihat Sinta dan Jojo dalam televisi.
3)        Bahasa
Kreatifitas iklan ini dalam penggunaan bahasa adalah pada penggunaan gaya bahasa yang berupa campu kode dan kata tidak baku, sehingga bahasa iklan ini terkesan tidak monoton dan menarik untuk disimak.

3.         Pendidikan
Iklan ini berisi muatan edukatif (pendidikan) yang penting untuk generasi muda yaitu program GENRE, sehingga dari iklan ini penonton/pemirsa dapat mengambil inti pesannya yaitu jika berumah tangga dengan tidak memiliki bekal (perencanaan dan persiapan) yang cukup, maka akan menemui banyak kesulitan dan permasalahan yang belum bisa diselesaikan sendiri.


R4 (Reflect) :

Iklan yang dipersembahkan oleh BKKBN ini sangat sesuai dengan keadaan di Indonesia, melihat pesatnya pertumbuhan pendudukan di Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 yang disebabkan oleh banyaknya generasi muda yang belum memahami program PKBR. Iklan ini berkonsep mengenai pembangunan karakter bangsa yang dimulai dari keluarga, dilaksanakan sejak dini dan melibatkan generasi muda sebagai penggeraknya. Dalam iklan ini tersirat bahwa generasi muda yang belum memahami program PKBR sehingga menikah di usia muda, maka mereka akan menemukan berbagai kesulitan-kesulitan dalam kehidupan  rumah tangganya. Makna tersirat ini dapat dilihat dari ilustrasi keluarga Sinta pada iklan tersebut. Menurut pendapat saya, secara keseluruhan iklan ini sangat bermanfaat bagiseluruh masyarakat, dan jika iklan ini benar-benar dipahami oleh generasi muda di Indonesia, maka masalah kepadatan penduduk di negara kita akan dapat teratasi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar